"Selain IMKM yang patut diinjeksi dana habis-habisan adalah sektor perikanan dan pertanian yang selama ini tidak punya daya untuk tumbuh sendiri," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/10).
Menurut dia, pemerintah selama ini tidak serius memberikan dukungan terhadap sektor pertanian dan perikanan yang membutuhkan bantuan untuk infrastruktur dan sarana produksi seperti irigasi dan perahu.
Sementara itu, IMKM menyerap tenaga kerja sebanyak 96,1% dari total tenaga kerja yang lebih dari 100 juta orang sedangkan industri besar hanya menyerap 3,8% saja.
Ia mengusulkan agar pemerintah meniru kebijakan China saat menangani krisis tahun 1997 dengan menerapkan konsep ekonomi berbasis masyarakat bukan ekonomi liberal yang berbasis pada kepentingan pasar.
"Solusinya, hindarkan dan minimalkan bantuan dari luar seperti yang China lakukan pada 1997 dulu," ujarnya.
Ia memperkirakan dampak krisis keuangan Amerika Serikat terhadap perekonomian Indonesia bisa lebih parah dari krisis tahun 1998 yang melanda negara-negara Asia mengingat pertumbuhan sektor riil terutama manufaktur terus menurun.
"Ancaman pada kita lebih dahsyat dari tahun 1997-1998. Indikatornya kontribusi industri manufaktur yang terus turun. Jadi, sektor informal membengkak, orang mencari kerja dengan menjadi pemulung. Ancaman bagi kita yang paling besar adalah pengangguran," jelasnya.
Struktur utang pemerintah yang pada Juni telah mencapai US$63,17 miliar dan Surat Utang Negara (SUN) luar negeri yang mencapai US$11,2 miliar (totalnya sekitar 46% dari APBN), menurut Noorsy, berpotensi menarik turun nilai Rupiah saat jatuh tempo nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar