Custom Search

Formula Bisnis

Anda ingin Berbisnis Forex/Saham dengan Modal Gratis ?

http://iklan.000webhost.com/images/marketiva.gif

Jumat, 10 Oktober 2008

Ketika Saintis Berevolusi Menjadi Nazi

Senin, 31 Desember, 2007 oleh Hosea Handoyo

Pertama-tama sebelum membaca lebih lanjut artikel ini, beberapa hal perlu diklarifikasi:

  • Penulis tidak mempromosikan suatu agama atau kepercayaan tertentu, tetapi lebih melakukan refleksi pada masyarakat di sekitar penulis yang sarat akan ke-Kristen-an; ke-Kristen-an menjadi tokoh antagonis utama dalam topik ini.
  • Latar belakang permasalahanyang dipaparkan berada dalam ruang lingkup Eropa dan Amerika Serikat, mungkin ada beberapa posisi atau perspektif yang tidak sesuai dengan kondisi Asia, khususnya Indonesia.

Saat dunia sedang panas-panasnya dengan kaum ekstrimis agama dan politik, dunia sains memiliki ‘perang’ tersendiri yang cukup panas dalam 10 tahun kebelakang. Natal 2007 menjadi sebuah momen yang unik di Eropa, khususnya di Dundee, Skotlandia. Annual Christmas Lecture 2007 dari University of Dundee dan Dundee City Council bertajuk, “Why Evolutionism is Right and Creationism is Wrong” (Mengapa Evolusionisme Benar dan Penciptaan Salah) dari Steve Jones, pakar genetika terkemuka Inggris.

Beberapa kalangan masyarakat dan gereja berkeberatan dengan topik tersebut mengingat momen Natal dengan topik yang anti-agama. Tak pelak lagi, Steve Jones berargumen bahwa evolusi yang dipaparkan Darwin sudah menjelaskan eksistensi manusia di muka bumi jadi manusia tidak perlu lagi mencari-cari ‘kambing hitam’ atas pertanyaan eksistensi manusia. Steve Jones bersikukuh bahwa ‘tuhan’ tidak diperlukan dalam hidup manusia. Umat manusia sudah sepatutnya atheists di tengah perkembangan teknologi dan sains yang sangat maju.

Richard Dawkins, profesor Public Understanding of Science Oxford University, telah galak mengkampanyekan ide-ide atheisme berdasarkan evolusi sejak 1976 melalui bukunya yang berjudul “The Selfish Gene” (Gen Egois) hingga terakhir dalam “God Delusion” (Buaian Tuhan) di tahun 2006. Ia memiliki logika:

  • Manusia percaya pada Tuhan karena tidak dapat menjelaskan keberadaan mereka di bumi yangakhirnya dijelaskan oleh penciptaan bumi dalam 6 hari pada Kitab Kejadian (Alkitab)
  • Evolusi Darwin sudah menjelaskan proses penciptaan dan keberadaaan Manusia

Kesimpulannya: manusia tidak perlu lagi percaya akan Tuhan.

Dawkins menambahkan bahwa sains sudah mampu menjelaskan banyak pertanyaan yang 2000 tahun lalu tidak terjawab seperti anak pengidap epilepsi dan bukanlah kerasukan setan. Percaya pada Tuhan tidaklah berbeda dengan percaya dengan Santa Claus atau dongeng-dongeng mimpi lainnya. Sains dipercaya mampu memberikan jawaban atas semua pertanyaan manusia, mungkin tidak sekarang tapi pasti suatu saat nanti. Argumen ini didukung juga oleh Christopher Hitchens dan tokoh-tokoh American Humanists Association.

Teoritis

Di lain pihak, beberapa tokoh seperti Ken Ham, Dr. Dino, dan banyak kaum penginjil di Amerika Serikat bersikukuh pada proses penciptaan 6 hari seperti tafsiran literal Alkitab atau Harun Yahya dari kaum Muslim. Mereka berargumen bahwa evolusi masih bersifat ‘teoritis’ karena hingga saat ini, evolusi masih belum menjawab proses terbentuknya sel dari sup organik secara meyakinkan.

Debat ini tidak behenti sampai di situ, terdapat pula orang-orang seperti CS Lewis, Alister McGrath, dan

Francis Collins yang memiliki argumen bahwa evolusi merupakan suatu bukti ke-mahakuasa-an Tuhan. Alister McGrath, Professor Scientific Theology Universitas Oxford, beragumen bahwa sains tetaplah sebuah ‘alat’ yang terbatas. Menurutnya, justru lewat sains ia mampu melihat kebesaran Tuhan. Francis Collins, project leader Human Genome Project, malah meyakini bahwa evolusi adalah cara Yang Kuasa menciptakan manusia atau lebih popular dengan sebutan Theistic Evolution.

Perbedaan pandangan yang kian meruncing diantara atheistic-scientists and believer-scientists merambat tidak hanya pada debat terbuka tetapi sudah memasuki diskriminasi di Eropa dan Amerika Serikat. Kaum atheistic-scientists diam-diam menghambat para calon mahasiswa sains yang dikategorikan ‘believer’. Bagi mereka, ‘believer’ hanyalah orang-orang yang tidak memiliki intelektual sains. Ironisnya, sains mulai berkembang dengan menunggangi pergerakan Protestanisme sesaat setelah Jaman Kegelapan (Dark Age) di Eropa.

Diskriminasi

Michael Moore boleh memiliki film dokumenter “9/11 Fahrenheit” atau “Sicko”, kini giliran Ben Stein menguak ‘konspirasi kaum biologi intelektual’ dalam “Expelled: No Intelligence Allowed”. Diskriminasi ini malah oleh beberapa pakar sosiologi akan mempengaruhi proses pemberian dana riset dan pada jangka panjang berujung di Asia dimana populasinya jatuh dalam kategori ‘believer’.

Nah bagaimana dengan Anda? Seberapa jauh Anda, sebagai saintis akan melangkah? Kaum atheistic-scientists mungkin membenci para fundamentalis agama, walaupun kini mereka seolah-olah berusaha menjadi NAZI atau Al-Qaeda secara tidak langsung. Menjadi fundamentalis – yakin bahwa merekalah yang paling benar. Isu yang mungkin belum ‘hot’ di Indonesia ini bisa menjadi satu refleksi tersendiri bagi masyarkat kita yang majemuk. Akhir kata, saya sedikit mengutip Albert Einstein, “Science without religion is blind, religion without science is lame.” (Sains tanpa agama adalah buta, agama tanpa sains adalah membosankan).

Referensi singkat:

1. Ben Stein to battle `anti-religious dogmatism`, Bill Berkowitz, Top Scoops, Scoop Independent News, 11 September 2007.
2. http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1211593,00.html
3. Francis Collins, The Language of God, 2006
4. Alister McGrath, Dawkins Delusion, 2007
5. Richard Dawkins, God Delusion, 2006
6. http://www.expelledthemovie.com/playground.php

Kredit foto: www.artexpression.com/images/HAD/jpgs/2001.jpg

Aborsi dari Kacamata Filsafat Sains

Kamis, 8 Nopember, 2007 oleh Arli Aditya Parikesit

Etiskah tindakan aborsi? Di Indonesia sempat muncul gerakan Keluarga Berencana (KB). Apa hubungnnya KB dengan filsafat? Berikut bagian kedua dari tulisan terdulu mengenai eugenika. Gerakan kontrol populasi, dan promosi terorganisasi dari aborsi, tumbuh dari gerakan eugenika pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20. Eugenika berasal dari kata Yunani yang berarti kelahiran yang baik.

Profesor Jacqueline Kasun, ekonom pro-life, mengatakan bahwa eugenika telah menumbuhkan sifat khas “memandang individu manusia tidak sebagai makhluk dengan hak-haknya maupun martabatnya, terlepas dari kondisi duniawi mereka, namun hanya sebagai faktor dalam skala nilai sosial”. Prinsip Eugenika menegaskan bahwa tidak semua manusia memiliki nilai yang sama. Mentalitas eugenika menghakimi orang tertentu sebagai inferior karena ras, fisik, mental atau kondisi sosial mereka.

Mereka menghakimi kelompok inferior sebagai pantas diperlakukan lebih rendah daripada manusia. Eugenika mengambil teori dari Charles Darwin (1809 – 1882) mengenai evolusi dan ”survival of the fittest”, dan mengaplikasikannya pada manusia. Ini dikenal sebagai Darwinisme sosial. Francis Galton (1822 – 1911), saudara sepupu Darwin dan pendiri dari komunitas eugenika pada 1907, menganjurkan “ ilmu untuk meningkatkan kualitas stok, untuk memberikan ras yang superior, suatu kesempatan yang lebih baik untuk mengungguli ras yang inferior”. Pakar eugenika telah mengetahui, bahwa untuk mendapatkan penerimaan publik, kebijakan mereka harus disajikan dalam bentuk belas kasih sosial. Galton yakin bahwa prinsip eugenik “harus menjadi salah satu motif dominan pada bangsa yang berbudaya, sama seperti bila ia dianggap sebagai salah satu dogma agama”.

Dr.Ernst Haeckel (1834-1919), seorang profesor perbandingan anatomi, meringkas mentalitas eugenika sebagai: “Apa gunanya untuk kemanusiaan bila orang-orang yang keterbelakang mental, tuli, bisu, dan idiot dibiarkan hidup? Bukankah lebih baik dan lebih rasional untuk mencabut pertama kalinya penderitaan tak terhidar ini, dimana hidup sengsara mereka akan menyelubungi hidup mereka sendiri dan keluarga mereka?”. Dr. Haeckel adalah pahlawan dari Nazi Jerman dan kebijakan seperti itu selalu identik dengan Nazi. Namun, aborsi eugenika menurut pandangan Dr.Haeckel, sekarang sudah menjadi umum. Salah satu dari dasar hukum untuk aborsi di Inggris adalah bahwa anak “yang diduga akan menderita dari keabnormalan mental dan fisik, yang mengakibatkan keterbelakangan permanen yang serius”. Walaupun aborsi pada umumnya dibatasi pada 24 minggu pertama kehamilan, namun bayi dengan anomali perkembangan yang minor dapat diaborsi menjelang kelahirannya. Madeleine Simms, peneliti pada komunitas Eugenika, membuka alasan dibalik aborsi eugenika ketika dia menulis pada Keith Hindell: “Suatu fetus abnormal tidak diaborsi karena ia akan meninggal, namun sebaliknya karena ia bisa cukup sehat untuk hidup sebagai makhluk setengah manusia. Pada dasarnya, untuk alasan sosial, etis, dan estetis, sebagian orang menarik diri untuk melihat bertahan hidupnya makhluk setengah manusia, dan lebih suka melihat mereka diaborsi”. Penganjur aborsi telah menghaluskan bahasanya dalam beberapa tahun terakhir ini, namun upaya untuk membenarkan pembunuhan bayi yang dianggap inferior terus berlanjut. Di website pelayanan penasihat kehamilan Inggris, perusahaan penyedia layanan aborsi terbesar, David Paintin menulis: “Menguji ketidaknormalan fetus dimotivasi dengan semangat yang sama, yang membawa kemanusiaan untuk mencoba menyembuhkan penyakit. Beban untuk merawat dari anak yang sangat terbelakang jatuh pada ibunya, dan dapat mengganggu secara total jalan hidupnya”.

Legal

Banyak orang yang terkejut mengetahui bahwa aborsi atas dasar dari cacat tubuh adalah legal di Inggris, sampai menjelang kelahirannya. Suatu survei besar yang dilakukan tahun 2000. menemukan bahwa 70% orang Skotlandia yakin bahwa aborsi untuk alasan ini adalah salah. Brian Wilson, seorang petinggi kementerian luar negeri Inggris, menyatakan bahwa aborsi eugenika sebagai “mengerikan dan biadab”. Pada April 2001, dia mengutuk penggunaan uji amniosentesis untuk menterminasi 95% dari janin dengan sindroma Down, praktek yang berarti bahwa hanya beberapa anak dengan sindroma Down yang dilahirkan hidup tidak memiliki akses pada pengobatan yang harus diberikan pada masyarakat yang beradab. Nazi Jerman sangat dikenal dengan kebijakan eugenikanya.

Di buku Mein Kamf (Perang Saya) yang diterbitkan tahun 1923, Adolf Hitler memaparkan pandangan anti semit dan eugenikanya, dan dipraktekkan secara kejam selama ia berkuasa di Jaman Thord Reich (1933-1945). Enam juta orang Yahudi dibunuh, juga orang Gipsi, homoseksual, orang cacat mental dan fisik, dan juga orang-orang ras Slavia (Polandia dan Rusia). Orang cacat adalah korban pertama dari politik eugenika Nazi. Data holocaust ini sudah ditentang banyak pihak, karena dianggap terlalu membesar-besarkan fakta yang ada. Penentang holocaust adalah filosof Perancis Roger Garaudy dan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad. Roger Garaudi berpendapat bahwa Nazi hanya sempat membunuh sekitar 800.000 orang Yahudi saja, jauh dari angka 6 juta. Sementara Ahmadinejad menganggap wacana holocaust perlu ditinjau ulang, karena wacana tersebut sering dihubungkan dengan imperialisme Israel terhadap Palestina. Namun pendapat anti-holocaust adalah minoritas dalam wacana kesejarahan. Peristiwa Holocaust akan selalu diingat sebagai salah satu tragedi kemanusiaan yang paling mengerikan.

Pro Aborsi

Marie Stopes (1880-1958) dan Margaret Sanger (1879-1966) adalah pahlawan dari gerakan pro-aborsi modern. Keduanya juga adalah penganjur eugenika militan, fakta yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara eugenika dan aborsi sebagai bagian dari budaya kematian. Marie Stopes dilahirkan di Edinburg dan membuat yayasan Marie Stopes International, yang mempromosikan dan menyediakan jasa aborsi ke seluruh dunia. Dia membuat klinik perencanaan keluarga pertama (KB) di Inggris pada tahun 1921, dan tahun 1930 dia membantu mendirikan konsil kontrol kelahiran nasional, yang kemudian menjadi asosiasi perencanaan keluarga. Marie Stopes juga adalah pendukung dari komunitas eugenika. Dia berpendapat bahwa sterilisasi adalah wajib bagi “anggota yang paling rendah dan buruk di komunitas” yang adalah “anak-anak inferior dan terbelakang” yang menjadi beban bagi “kelas diatasnya”.

Margaret Sanger dilahirkan di New York dan ia menemukan federasi perencanaan keluarga internasional. Dia mulai menulis kolom pada pendidikan sex untuk New York Call berjudul “Apa yang setiap gadis harus tahu” di 1912, dan kemudian menjadi vokal dalam menyuarakan kontrol kelahiran meskipun ancaman penjara datang. Eugenika adalah inti dari kredo Margaret Sanger. Dia berargumen bahwa “kegagalan untuk memisahkan orang-orang goblok yang selalu bertambah jumlahnya ”menunjukkan suatu “sentimen berlebihan” masyarakat ketika suatu “Sampah manusia, yang seharusnya tidak dilahirkan sama sekali”.

Dia memandang bahwa kontrol kelahiran sebagai cara untuk memperoleh “ras yang lebih bersih” dan bersikeras bahwa “hanya ada satu tanggapan untuk permintaan laju kelahiran yang lebih tinggi pada para teknokrat, dan itu adalah menanyakan pemerintah untuk mengambil beban dari orang-orang gila dan lemah dari punggungnya”. Perhatian Sanger untuk keluarga yang lebih kecil bahkan sudah sejauh itu, sampai dengan menganjurkan infanticide (Membunuh anak-anak yang menderita cacat)“ Hal yang paling memiliki rasa belas kasihan adalah keluarga yang membunuh anak-anaknya yang cacat”.

Pemikiran pembunuhan anak adalah pemikiran yang sangat mengerikan. Seharusnya jangan pernah terpikirkan hal seperti itu. Banyak sumber yang menyatakan bahwa Margaret Sanger menghujat kelompok Yahudi, Negro, dan kelompok minoritas lain, walaupun klaim ini ditentang oleh pengikutnya. Paham rasialisme memiliki raison d’etre dengan adanya metode eugenika. Pendukung eugenika melakukan kekerasan bahasa, dengan menggunakan istilah “idiot”, “sampah manusia”, “makhluk setengah manusia”, dan “goblok”. Istilah yang mereka gunakan merupakan ancaman bagi segenap peradaban modern yang egaliter. Kekerasan bahasa merupakan ancaman bagi demokrasi. Inilah yang harus diwaspadai oleh segenap masyarakat yang beradab.

Manusia Unggul

Dalam literatur Barat, adalah Friedrich Nietzche (1844-1900), filosof-sastrawan Jerman, yang paling vokal memperkenalkan konsep manusia unggul. Konsep manusia unggul, yang dalam bahasa Jerman adalah Übermensch, adalah manusia-manusia yang memiliki kekuatan besar untuk mengatasi kumpulan manusia dalam massa. Menurut Nitezche lagi, yang harus dijadikan tujuan dalam kehidupan kemanusiaan ialah bagaimana menjelamakan manusia-manusia besar yang lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih berani. Bagi manusia, yang penting ialah bagaimana ia mampu mengangkat dirinya dari kehanyutan dalam massa. Masyarakat haruslah sekadar merupakan wahana yang memungkinkan terjadinya kristalisasi manusia-manusia agung itu.

Betapapun kejam kedengarannya, rumus inilah yang menurut Nietzche sesuai dengan kodrat alam. Nietzche bahkan mengusulkan suatu seleksi drastis untuk tujuan melahirkan manusia-manusia unggul itu, antara lain dengan jalan eugenika serta memberikan pendidikan-pendidikan yang istimewa kepada mereka yang kuat dan cerdas. Akan tetapi, Nietzche menegaskan bahwa kecerdasan saja tidak cukup untuk menumbuhkan seseorang menjadi unggul. Manusia unggul hanya ditumbuhkan oleh gabungan yang harmonis antara tiga hal: kekuatan, kecerdasan, dan kebanggaan. Lebih jauh lagi, Nietzche mengagumi Napoleon Bonaparte (Kaisar Perancis). Napoleon dianggap sebagai contoh manusia unggul oleh Nietzche, karena Napoleon memiliki kepribadian yang kuat, cerdas, visioner, dan pemberani.

Salah satu aplikasi teori Nietzche ini adalah kebijakan eugenika dalam pemerintahan Hitler. Nietzche adalah filosof yang paling mempengaruhi ideologi nasionalis-sosialisnya Hitler. Di masa itu, Hitler dan mesin propagandanya di Nazi, mempropagandakan bahwa manusia unggul adalah ras Arya yang fisiknya berambut pirang, berhidung mancung, bermata biru, dan tinggi besar. Sementara ras lain dianggap inferior dan patut untuk dimusnahkan. Ideologi Nazi merupakan gabungan antara filsafat Nietzche dengan anatomi biologi Haeckel. Bagaimanapun, sangat diragukan bahwa filsafat Nietzche sendiri kompatibel dengan ideologi Nazi. Kebijakan eugenika Nazi, merupakan tafsir Hitler terhadap filsafat Nietzche. Penafsiran seperti demikian, belum tentu sesuai dengan filsafat Nietzche itu sendiri.

Dialog Dua Arah

Perkembangan sains dan teknologi mutakhir telah menyeret kemanusiaan pada guncangan-guncangan keyakinan. Mempelajari pemikiran pro-eugenika merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai problematika yang mereka sodorkan. Ide Eugenika memiliki potensi untuk menabrak semua keyakinan kita terhadap agama dan kepercayaan masing-masing. Diperlukan suatu dialog dua arah yang sehat, agar agama dan keyakinan kita tidak serta merta bertabrakan secara langsung dengan ide Eugenika. Pendekatan multi-disipliner yang melibatkan ilmu kedokteran, sains dasar, hukum, filsafat, dan antropologi diperlukan untuk mengkaji eugenika secara kritis. Kajian multi-disiplin terhadap masalah eugenika diharapkan akan membuka jalan keluar terhadap guncangan keyakinan yg mengancam peradaban kita.

Para intelektual pro-eugenika melakukan kerancuan berpikir yang sangat serius. Mereka hanya mempertimbangkan filsafat Friedrich Nietzche dan biologi Haeckel saja. Filsafat dan ilmu Biologi sangat kaya dengan pemikir-pemikir yang memliki halauan humanis dan egaliter, yang seharusnya dipertimbangkan juga dalam menyusun pemikiran mereka. Teori evolusi Darwin bukanlah suatu ideologi politik. Sangat disayangkan bahwa para aktivis eugenika membajak teori Darwin untuk kepentingan politik mereka. Apabila masih hidup, Charles Darwin belum tentu menyetujui kebijakan holocaust Nazi. Diperlukan suatu filsafat dan biologi baru untuk berdialektika secara serius dengan pemikiran pro-eugenika. Pemuatan artikel ini bukan berarti untuk mengadvokasikan pandangan pro-eugenika.

Artikel ini hanya dimaksudkan untuk mengangkat praktek eugenika menjadi wacana publik dan menunjukkan betapa penting isu tersebut.

Daftar pustaka

  • Borem. Aluzio, et al. Understanding Biotechnology. Pearson Education Inc. 2003.
  • Darwin, Charles. On Natural Selection. Penguins Books Great Ideas. 2004.
  • Hasan, Fuad. Berkenalan dengan Eksistensialisme. Pustaka Jaya. 1992.
  • Hitler, Adolf. Mein Kampf (terjemahan). Penerbit Narasi. 2007.
  • Horvitz, Leslie Alan. The Complete Idiot’s Guide to Evolution. Alpha. 2002.
  • Nietzche, Friedrich. Thus Spoke Zarathustra (Terjemahan). Enigma Publishing. 2003.
  • Russel, Bertrand. History of Western Philosophy. Allen and Unwin. 1954.
  • Russell, Peter J. Fundamental of Genetics. Benjamin-Cummings publisher. 2000.
  • Spuc Organisation. http://www.spuc.org.uk/ethics/wayoflife2.pdf. pukul 20.00. 19 November 2005.

Cara Ngawur Bikin Blog

Kamis, 6 Desember, 2007 oleh wicaksono

Saya sering ditanya beberapa kawan tentang seluk-beluk blog. Mungkin mereka mengira saya ini jagoan urusan blog. Padahal, asal tahu saja, saya ini sama itu sama awamnya dengan mereka semua dalam soal blog. Tapi, supaya mereka tak terlalu kecewa dan merasa menyesal karena sudah bertanya, saya pun menyiapkan beberapa jawaban standar. Saya buat dalam bentuk tanya-jawab agar mudah dipahami. Kira-kira beginilah risalah jawaban saya tentang blog.

Tanya: Blog itu apa sih? Untuk apa kita bikin blog?
Jawab: Blog itu sejenis mainan - yang mengasyikkan. Mungkin seperti Tamagotchi buatan Jepang itu.
Untuk apa? Oh ya bukan untuk apa-apa, kecuali kalau sampean ingin memperoleh pelajaran. Blog itu sarana kita belajar, tentang apa saja. Blog itu juga ruang, tempat memberi dan menerima.
Kalau Anda bukan orang yang biasa berbagi, melepaskan kekesalan hati dengan cara yang beradab, ya tak usah bikin blog.
Jika Anda bukan orang yang suka mencatat, menyimpan, ya tak apa-apa kok kalau tak mau bikin blog.
Blog itu seperti percakapan. Ada yang ngomong, terus yang lain menanggapi. Kalau sampean Anda suka bercakap-cakap, lebih baik menulis di buku harian sendiri, lalu simpan di dalam lemari. Jangan sekali-sekali Anda tunjukkan ke orang lain.

Tanya: Oke, kalau begitu saya mau bikin blog. Eh, bisa pesen di mana? Kaki lima?
Jawab: Tentu saja. Di kaki lima banyak tukang yang jual blog atau jago bikin betul blog. Malah ada yang buka warung di bawah pohon asem. Di pasar juga ada, Anda tinggal pilih.
Tapi, sebaik-baiknya blog adalah bikinan sendiri. Anda sendirilah yang lebih tahu ukuran dan takarannya secara persis. Dengan membuat sendiri, Anda tak bakal kedodoran atau kesempitan.

Tanya: Nah, setelah saya nanti bikin blog, enaknya diisi apa ya? Maksud saya biar banyak orang datang …
Jawab: Ya terserah Anda. Biasanya sih, blog itu berisi kehangatan, persaudaraan, dan kedamaian. Beberapa orang mengisinya dengan cinta dan kasih sayang.
Tentu saja Anda boleh saja mengisinya dengan tangisan dan erangan, tapi belum tentu semua orang suka mendengarnya. Anda bebas mau mengisinya dengan apa pun. Usahakan berguna buat orang lain.

Tanya: Tapi, bagaimana kalau nanti nggak ada pengunjung yang datang ke blog saya? Ada saran?
Jawab: Anda sudah memberi tahu orang lain alamat blog Anda? Kalau belum, ya diumumkan dulu ke tetangga sebelah, teman, adik, kakak, pakde, bude, simbah, paklik, bulik dan seterusnya. Setelah semua orang tahu, pasti akan datang satu-satu. Memang, ibarat rumah baru, yang datang pertama biasanya cuma tetangga kiri dan kanan. Baru setelah itu tetangga di RT dan RW sebelah, dan seterusnya. Lama-lama kan ngetop juga.
Kuncinya ya mesti banyak-banyak gaul. Berbaik-baiklah dengan tetangga kiri dan kanan. Siapa tahu suatu saat nanti ada yang mengirimi sampean pisang goreng.

Tanya: Saya khawatir pengunjung mau datang, tapi setelah kapok dan tak pernah balik lagi ya. Sebaiknya bagaimana?
Jawab: Kenapa mereka kapok? Memangnya Anda beri mereka apa? Ibarat tuan rumah, kalau tampang Anda cemberut melulu, tamu-tamu itu pasti takut, kapok, dan tak mau datang lagi.
Bila Anda memberi tamu-tamu yang datang cemilan yang maknyus atau secangkir ide yang hangat, pasti mereka tak kapok dan pasti akan datang lagi.

Tanya: Bagaimana jika suatu saat nanti kita capek, jemu, dan kehilangan hasrat nge-blog, seperti halnya kita kadang males mengurus rumah sendiri?
Jawab: Santai saja. Kalau lagi males, ya tidur saja. Tak usah memaksa diri. Nanti malah kehilangan keasyikan. Seperti kalau kita di rumah itu loh. Kita boleh males-malesan, boleh sarungan atau cuma pakai daster, boleh mandi siang-siang.
Tapi kan, biasanya kejemuan tak lama kok. Sebentar lagi Anda pasti pengen bersih-bersih dan beres-beres rumah lagi, mandi dan menyemprotkan minyak wangi, dandan, dan sebagainya.

Tanya: Oh begitu ya? Ternyata gampang ya bikin blog?
Jawab: Memang. Yang susah merawatnya.

Tanya: Kenapa?
Jawab: Blog itu seperti Anthurium. Anda bisa membeli tanamannya, tapi bukan kehidupannya. Supaya Gelombang Cinta dan sebangsanya itu langgeng, pertama-tama Anda harus mengenali apa dan bagaimana tanaman itu, bisa lewat buku, koran, majalah, atau bertanya pada penjualnya.
Setelah itu, Anda harus rajin memberinya pupuk, membersihkan daun-daunnya biar kinclong, menjaganya agar jauh dari tangan jahil, dan sebagainya.

Tanya: Waduh, repot juga ya? Apa tak ada cara yang lebih gampang?
Jawab: Ada dong. Ya tak usah bikin blog saja. Toh hidup jalan terus meski Anda tak punya blog. Anda mungkin hanya akan berbeda dari yang lain - yang sudah punya blog itu. Tapi, nggak apa-apa juga kan sekali-sekali berbeda?

Tanya: Loh gimana sih? Tadi disuruh ngeblog, sekarang malah nggak usah bikin.
Jawab: Halah, gitu aja kok repot sih …

Di Balik Gemerlapnya Kembang Api

Minggu, 17 Agustus, 2008 oleh Soetrisno

Di Balik Gemerlapnya Kembang Api

Menonton pertunjukan kembang api bisa berdampak buruk bagi kesehatan anda dan lingkungan, demikian peringatan dari ilmuwan di Amerika Serikat.

Alison Tomlin dan rekan-rekannya di Universitas Leeds mengukur konsentrasi partikel-partikel yang dihasilkan dari perayaan api unggun dan kembang api. Dengan memasukkan data yang mereka peroleh ke sebuah model sederhana mereka menemukan bahwa pada puncak perayaan tersebut, udara berjelaga yang dihasilkan mengandung sekitar 10 kali lebih banyak partikel dibanding keadaan normal di siang hari.

Tomlin menunjukkan bahwa pembakaran tidak sempurna akibat api unggun dan kembang api yang terbuka, bisa mengarah pada peningkatan jumlah partikel berjelaga di atas konsentrasi sehari-hari di perkotaan. Imbas partikel-partikel ini terhadap kesehatan manusia dan lingkungan tergantung pada ukuran dan kandungan kimianya.

Partikel-partikel dalam penelitian ini cenderung lebih besar dibanding yang berasal dari emisi kendaraan tetapi masih cukup kecil untuk menyebabkan masalah-masalah kesehatan, seperti penyakit pernafasan dan kardiovaskuler. Disamping itu, partikel-partikel ini memiliki imbas yang lebih besar terhadap iklim karena masa tinggalnya di atmosfer yang lebih lama.

William Maenhaut, seorang spesialis terkemuka di bidang efek pembakaran biomasa terhadap lingkungan, dari Universitas Ghent di Belgia, mengatakan bahwa temuan menarik dari penelitian ini adalah bahwa Tomlin dan rekan-rekannya “mampu memodelkan partikel-partikel selama pertunjukan kembang api dan api unggun dengan menggunakan sebuah model pemrosesan aerosol sederhana”.

Pada zaman dimana perubahan iklim dan polusi menjadi isu utama seperti sekarang ini, Tomlin berencana untuk menyelidiki lebih jauh emisi-emisi dari sumber-sumber biomassa dan membandingkannya dengan sumber-sumber lain seperti kendaraan. “Tantangan sesungguhnya adalah menentukan dampak dari efek-efek atmosferik, seperti kondensasi dan koagulasi, terhadap keadaan dan distribusi ukuran partikel-partikel pada sebuah daerah yang luas,” kata Tomlin. Ini akan membantu menentukan dampaknya yang potensial terhadap iklim, paparnya.

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/

Sertifikasi: Pemasung Kreatifitas dan Pembunuh Usaha Kecil

Rabu, 17 September, 2008 oleh Onno W. Purbo

Sertifikasi: Pemasung Kreatifitas dan Pembunuh Usaha Kecil

Pernahkah Anda bayangkan bahwa mouse bluetooth, keyboard bluetooth, handsfree bluetooth yang Anda gunakan ternyata dinyatakan baik, tidak memenuhi standard hanya karena alasan belum di sertifikasi? Yang lebih seru lagi, tampaknya, antena Wajanbolic e-goen dan RT/RW-net yang merupakan kreatifitas bangsa Indonesia sebagai jawaban solusi untuk memperoleh Internet murah tampaknya harus di bunuh di Republik Indonesia karena alasan sederhana, tidak miliki sertifikasi dan tidak memiliki lisensi, entah kalau di Republik tetangga kita, Republik BBM. Sedihnya, tidak ada solusi yang diberikan oleh pemerintah agar bangsa Indonesia dapat mengakses pengetahuan melalui Internet secara murah, sementara solusi rakyat di “Munir”-kan.

Sertifikasi yang Menghambat?

Sejak beberapa tahun lalu, dan terakhir beberapa minggu lalu, sweeping lumayan sering dilakukan, berbekal aturan tertulis yang mengharuskan menggunakan manual bahasa Indonesia; sertifikasi semua peralatan telekomunikasi dam wireless termasuk Bluetooth, WiFi, modem; belum lagi lisensi jasa telekomunikasi, cukup banyak toko-toko komputer, distributor peralatan elektronik, di kota besar, Surabaya, Makassar dan lain-lain harus gigit jari karena banyak barang-nya yang berupa laptop, handycam, modem dan lain-lain. ambil, di sita untuk “menyelamatkan” barang bukti . Janganlah terlalu berharap barang akan kembali setelah di “selamat” kan. Tidak heran keresahan ini akhirnya menutup beberapa Mall elektronik dan mematikan perputaran uang dunia ICT.

Belakangan, keresahan masyarakat ICT Indonesia mulai timbul lagi karena urusan sertifikasi alat. Bayangkan Wajanbolic e-goen yang harganya hanya Rp. 250-350.000,-, dengan keuntungan yang hanya Rp. 10-20.000 / wajanbolic tampaknya mulai harus di sertifikasi ke pemerintah dengan biaya Rp. 4-5 juta / model. Apa tidak pusing orang-orang kreatif IT & usaha kecil IT yang ada di bawah sana. Mana mungkin keuntungan yang hanya Rp. 10-20.000,- / alat dipakai untuk sertifikasi alat ke pemerintah. Untuk ojek saja sudah habis, belum ongkos ke Jakarta.

Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa proses penyebaran pengetahuan, memberikan ilmu tentang Wajanbolic dan Internet murah menggunakan teknologi Wireless dan RT/RW-net kepada masyarakat walaupun tampak sederhana, semua membutuhkan banyak waktu, effort yang lamanya bertahun-tahun, tidak kurang dari 10 tahun untuk menyebarkan ilmu ini kepada masyarakat. Sampai tumbuh industri-industri kecil pendukung kebutuhan RT/RW-net yang menggunakan investasi rakyat kecil membuka lapangan kerja, tanpa utangan IMF, apalagi Bank Dunia, bahkan tanpa melalui BLBI yang bermasalah.

Membunuh Rakyat Kecil

Hanya di republik ini, usaha rakyat kecil yang tampaknya kumuh, harus mati dalam waktu beberapa hari saja, dengan alasan penegakan hukum yang entah berpihak pada siapa. Memang sih, rakyat kecil tidak mampu lah untuk mengikuti standard dunia yang harus mensertifikasi semua produknya dengan biaya Rp. 4-5 juta / model.

Secara filosofis sebetulnya agak aneh, filosofi pengaturan frekuensi dilakukan agar tidak terjadi interferensi & pemakaian bersama yang sehat. Lha ini peralatan bluetooth jelas-jelas hanya mampu untuk jarak 10 meter, sementara USB Wifi yang digunakan untuk wajanbolic hanya 60-an miliWatt, apakah ini masih perlu di atur padahal jelas-jelas sangat kecil dayanya? Jelas-jelas tidak menimbulkan interferensi, apa masih perlu di sertifikasi? Kalaupun karena aturan tertulis yang ada mengharuskan, apakah tidak mungkin ada skema bantuan untuk sertifikasi bagi usaha kecil? Atau memang industri rakyat yang kumuh harus di tindas? Entahlah.

Naga-naganya pemerintah juga jauh lebih tahu yang baik dan buruk bagi rakyat? Bukan mustahil akan ada sertifikasi halal, bebas pornografi, bebas SARA, bebas Asusila, bebas pencemaran nama baik bagi content Internet di Indonesia. Jangan main-main situs anda akan di bredel, juga WARNET anda, juga ISP anda, juga jasa hosting anda, juga RT/RW-net anda, juga sekolah, juga kampus, jika tidak halal, jika tidak bebas pornografi! Memang sih, semua orang tua yang mempunyai anak di bawah umur akan suka akan hal tersebut. Yah, semoga tidak salah bredel, dan yang lebih penting tidak salah blokir.

Peran Tuhan

Semoga pemerintah tidak kebablasan dalam melakukan sertifikasi baik dan buruk, tidak kebablasan dalam menggunakan wewenang yang ada di UU ITE yang baru di sertifikasi. Walaupun, rasanya sih tidak ada tulisan di UU ITE yang menyatakan bahwa Pemerintah mempunyai hak untuk memblokir situs, entahlah saya hanya rakyat biasa, kemungkinan pemerintah yang lebih tahu. Seperti kita tahu bersama, kesalahan blokir yang baru lalu berakibat fatal, bukan pujian tapi makian, cercaan, hinaan yang akan berhamburan di dunia maya. Silahkan dicek di Google dengan keyword “blokir situs”. Memang, mengambil peran “Tuhan” menentukan mana yang baik, mana yang buruk tidak gampang, salah-salah tergelincir menjadi “Firaun”.

Perlu kita sadari bersama bahwa masyarakat Internet rata-rata berpendidikan tinggi, umumnya bukan orang yang bodoh atau mudah di bodohi. Jangan salahkan masyarakat Internet jika rakyat / masyarakat Internet tidak berpihak pada pemerinta karena pemerintah mengambil keputusan yang salah. Kesalahan yang mungkin menzolimi rakyat-nya sendiri, yang mungkin berakibat tidak baik, misalnya, memblokir situs yang baik, memasung kreatifitas, membunuh usaha kecil.

Ada baiknya kita merenungkan bersama – sebetulnya rakyat butuh pemerintah? atau pemerintah butuh rakyat?

Hati-hati 2009 sudah dekat, suara rakyat yang tertindas biasanya akan dahsyat effek-nya. Walaupun pasti akan kalah dahsyat dengan pembalasan di hari akhir nanti.

Hidup Wajanbolic e-goen! Hidup RT/RW-net! Hidup Rakyat! Mari kita lanjutkan perjuangan untuk memandaikan bangsa ini. Merdeka!

Pernah dimuat juga di http://opensource.telkomspeedy.com

foto: searchenginecollege.com

Membangun Intranet dengan Mencomot Ilmu dari Dunia Maya

Selasa, 23 Oktober, 2007 oleh Onno W. Purbo

Apalah artinya pengetahuan membludak tanpa kemampuan mengolahnya.Sebenarnya ilmu cara membangun Intranet bisa didapat di dunia maya. Bagaimana kiatnya?

Salah satu hal yang paling sukar dalam mengelola operasi sebuah institusi atau kantor adalah mengelola pengetahuan yang dibutuhkan dalam menjalankan fungsi kantor tersebut agar tetap kompetitif. Objektif dalam membangun knowledge management (KM) berbeda sama sekali dengan membangun Sistem Informasi Manajemen (SIM).

Sistem Informasi Manajemen (SIM) lebih ditujukan untuk membuat operasi perusahaan menjadi lebih efisien dan transparan termasuk memudahkan proses audit. Software open source yang dapat digunakan untuk SIM jenis ini yang termasuk baik adalah Compiere yang dapat di ambil di www.sourceforge.net secara gratis. Compiere berbasis Java dan beroperasi menggunakan database Oracle. Oracle untuk sekala kecil dapat pula di ambil gratis di situs oracle.com.

Salah seorang ahli Compiere di Indonesia adalah kelompok Java User Group yang di pimpin oleh Frans Thamura yang dapat di monitor diskusinya di jug-indonesia@yahoogroups.com.

Berbeda dengan SIM yang lebih mengarahkan pada effisiensi, pembangunan KM lebih di arahkan agar pengetahuan yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat di kelola dengan baik agar personil di perusahaan tetap kompetitif dan dapat mendukung perusahaan tersebut agar tetap dapat berkompetisi dalam melayani pelanggan anda.

Bayangkan sebuah skenario yang sering terjadi, umumnya pengetahuan atau keahlian yang dibutuhkan dalam perusahaan berada pada para teknisi atau engineer yang melakukan pekerjaan sehari-hari melayani pelanggannya. Proses update pengetahuan dari teknisi baru sering kali dilakukan melalui berbagai proses training, workshop dan sebagainya. Yang menjadi masalah, semua pengetahuan dan pengalaman yang ada akhir tetap terpendam bersama si teknisi atau engineer tersebut. Pengetahuan jenis ini adalah pengetahuan jenis tacit knowledge yang ada di dalam otak si teknisi.

Tentunya akan lebih mudah jika semua pengetahuan yang ada di kepala teknisi tersebut telah tertulis dalam bentuk manual atau how to. Yang perlu dilakukan adalah menyusun manual atau how to menurut kategori yang dapat kita tentukan. Kategori-kategori tersebut biasanya dapat di pelajari melalui ilmu kepustakaan.

Software yang dapat membantu proses manajemen dokumen yang mengarah kepada knowledge management dapat di ambil dari www.sourceforge.net secara gratis. Beberapa software management dokumen dan manajemen pengetahuan tersebut adalah knowledgeTree, Owl dan greenstone. Diantara ketiganya yang paling kompleks barangkali greenstone yang merupakan software digital library. Sementara yang saya lihat lumayan bagus atau relatif sederhana adalah knowledgeTree.

Forum Diskusi

Software knowledge management ini umumnya dapat di akses menggunakan Web. Sementara KnowledgeTree hanya membutuhkan sebuah Web server biasa yang dilengkapi kemampuan PHP dan database server di belakangnya. Kita biasanya menggunakan database server MySQL. Semua hal tersebut dapat di peroleh juga anda menginstalasi Linux sebagai sistem operasi server anda.

Yang menjadi masalah besar adalah menangkap tacit knowledge yang ada di kepala para teknisi maupun engineer atau para pakar yang bekerja di perusahaan / corporate. Biasanya para teknisi atau engineer tersebut sudah sangat sibuk untuk dapat meluangkan waktunya menulis buku mengenai teknik-teknik yang dia kuasai. Teknik transfer pengetahuan tacit yang paling sederhana adalah menggunakan cara “ngobrol” atau diskusi. Masalahnya jika “ngobrol” tersebut di lakukan secara konvensional di kantin atau di ruang rapat, kemungkinan ilmu yang di obrolkan akan hilang begitu saja dan kita harus sering mengadakan forum-forum ngobrol ini.

Cara yang paling sederhana untuk mengatasi masalah hilangnya pengetahuan hasil ngobrol tersebut adalah memberikan sebuah forum diskusi yang terasip yang dapat diakses di kemudian hari. Contoh forum diskusi online yang paling sederhana adalah mailing list, bagi anda yang kesulitan untuk membangun sendiri server mailing list tentunya dapat saja menggunakan jasa gratisan dari http://groups.yahoo.com.

Analisa

Bagi anda yang rela untuk bersusah payah sedikit sebenarnya membuat mailing list server tidak terlalu sukar. Software mailing list yang bagus dan biasanya ada di distribusi Linux Fedora Core 5 adalah mailman. Dengan menggunakan mailman, maka mail server yang kita gunakan dapat dengan mudah mengakomodasi jasa mailing list dan mengarsip semua diskusinya untuk kemudian hari digunakan dalam proses analisa dan sintesa yang diperlukan untuk menulis pengetahuan menjadi sebuah dokumen manual atau how to.

Mailman digunakan pada awal operasional mailing list server groups.or.id. Saat ini mailing list server groups.or.id mengunakan software ezmlm yang lebih baik lagi tapi lebih kompleks cara instalasinya.

Mudah-mudahan dengan sedikit pengetahuan ini kita dapat mengarahkan dengan baik pembangunan infrastruktur manajemen pengetahuan yang ada di perusahaan supaya tetap dapat menjaga tingkat kompetitif perusahaan tersebut.

Kredit foto: www.perspektifbaru.com

Menelaah Pornografi dalam Budaya Indonesia dan Asing

Rabu, 24 September, 2008 oleh Arli Aditya Parikesit

Menelaah Pornografi dalam Budaya Indonesia dan Asing

Apakah yang mendefinisikan Kebudayaan Indonesia? Apakah pula yang mendefinisikan jati diri kita sebagai bangsa yang besar? Apakah kita harus menolak atau menerima kebudayaan asing? Bisakah dialektika antara budaya asing dan lokal dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa kita? Mari kita simak artikel ini.

Mengkaji Jepang pada Masa peralihan Era Tokugawa ke Era Modern

Bagi pembaca yang pernah menonton film ‚Last Samurai‘, yang pemeran utamanya adalah Tom Cruise, pasti sudah mengenal betul mengenai cerita dialektika antara Budaya barat dan budaya Jepang asli di film tersebut. Mungkin cerita dalam film tersebut mengandung unsur fiksi, namun filosofi filmnya sangat mewakili sejarah Jepang. Cerita mengenai persahabatan Kapten Nathan dari Amerika Serikat, dan Katsumoto, penasihat Kaisar Meiji, menjadi sorotan utama film.

Sekilas mengulang, Jepang pada tahun 1877 diperintah oleh Kaisar Meiji. Sang Kaisar berambisi untuk menjadikan Jepang sejajar dalam segala bidang dengan negara barat. Meiji menggunakan pakaian gaya barat, dan belajar menggunakan bahasa Inggris. Kaisar memanggil Kapten Nathan untuk memajukan angkatan bersenjata Jepang. Namun Katsumoto dan anak buahnya menolak proyek modernisasi. Alasannya politis, sebab dia tidak suka dengan menteri-menteri yang terlibat dalam proyek tersebut. Adapun dalam suatu pertempuran, Nathan ditangkap oleh anak buah Katsumoto dan dibawa ke markasnya. Di sana, Nathan belajar mengenai budaya dan bahasa Jepang. Nathan menjadi ahli dalam menggunakan Katana (Pedang Jepang) dan menjadi samurai. Di sisi lain, Katsumoto sangat senang menggunakan Bahasa Inggris sewaktu berdiskusi dengan Nathan. Katsumoto banyak belajar akan strategi perang dari Nathan, yang veteran perang saudara Amerika. Dalam film tersebut, interaksi antara Nathan dan Katsumoto menjadi contoh yang sangat baik, bahwa interaksi dan adaptasi antar budaya dapat berlangsung dengan damai.

Islam dan Jawa pada Pasca ‚Keruntuhan‘ Majapahit

Saya menggunakan istilah ,keruntuhan‘ Majapahit dengan tanda petik, karena saya tidak percaya bahwa Majapahit benar-benar sudah runtuh. Tidak demikian. Menurut pendapat pribadi saya, ibu kota Majapahit hanya berpindah dari Trowulan ke Denpasar. Menurut seorang pujangga Jawa, Bali adalah ‚Majapahit yang hilang‘. Namun mengenai hal ini tidak akan dibahas dalam artikel ini.

Prabu Brawijaya adalah Raja Majapahit yang terakhir. Setelah Prabu Brawijaya turun takhta dan menghilang (moksa), Raden Patah menjadi Sultan Demak yang pertama. Bukan suatu kebetulan, bahwa Raden Patah adalah putra dari Prabu Brawijaya sendiri. Dalam memerintah negaranya, Raden Patah dibantu oleh Wali Songo (Wali sembilan). Dari sembilan wali tersebut, ada seorang tokoh yang menarik untuk dikaji. Namanya Sunan Kalijaga. Kalijaga boleh dibilang berbeda dengan tokoh wali yang lain. Dalam berpakaian, Kalijaga selalu menggunakan pakaian tradisional Jawa. Berbeda dengan wali lain, yang menggunakan pakaian ala timur tengah. Kalijaga percaya, bahwa Islam dapat didakwahkan dengan menggunakan pendekatan budaya lokal. Salah satu buktinya, dia menggunakan wayang sebagai media dakwah. Dalam dakwahnya, Kalijaga sangat menjaga untuk tidak menggunakan terlalu banyak simbol agama. Pernah dia menonton suatu pertunjukan adu ayam, yang adalah perjudian. Kalijaga hanya menonton saja, tanpa komentar apa-apa. Selesai adu ayam, ada seorang yang kelihatan limbung. Kelihatannya dia kalah dalam perjudian tersebut. Kalijaga mendekati dia, dan bertanya apa yang terjadi. Jawaban orang tersebut adalah dia kalah dalam adu ayam. Kalijaga memberikan nasihat, bahwa sebaiknya tidak usah ikut adu ayam lagi, karena akan merugikan diri sendiri. Nasihat tersebut diberikan tanpa simbol-simbol agama yang berlebihan. Ada pendapat, bahwa dakwah Islam di Jawa tidak tuntas. Menurut saya, itu pendapat yang sangat salah dan sangat keliru. Jika berdakwah tidak mengunggunakan simbol-simbol arab berarti dianggap tidak tuntas, berarti itu sama saja dengan menganggungkan budaya asing (arab). Dengan berdakwah, kita tidak harus menjadi orang arab (asing), namun harus tetap menjadi diri sendiri, seperti contoh film ‚Last Samurai‘. Justru dakwah di Jawa sangat tuntas, karena Islam bisa diterima oleh segenap rakyat, walau tanpa simbol arab. Keberadaan institusi pesantren di Jawa, menunjukkan bahwa dakwah berjalan dengan tuntas, dengan tetap menjaga budaya lokal. Di pesantren, bahasa Jawa tetap dipergunakan, bahkan kesenian Jawa tetap diperbolehkan. Di tempat dimana Budaya Jawa masih sangat kuat, seperti Yogyakarta dan Surakarta, toleransi antar agama berlangsung sangat baik. Sebab memang sudah watak dari budaya Jawa, bahwa perbedaan agama tidak perlu dipermasalahkan. Di kedua tempat itu misalnya, ada banyak sekolah Katholik, namun mereka dapat beroperasi dengan baik.

Quo Vadis Indonesia?

Contoh suksesnya dialektika antara budaya lokal dan asing, bukan hanya terjadi di Jawa. Suku Bangsa Batak misalnya, juga merupakan contoh menarik. Di Tapanuli Selatan, ada banyak yang beragama Islam, karena pengaruh budaya Minang. Sementara di Utara banyak yang Protestan atau Katholik. Namun, mereka tidak pernah perang agama. Mengenai Budaya Batak, akan saya bahas di artikel lain, jika referensi saya sudah kuat. Sama seperti Jepang, Indonesia saat ini mengalami dialektika dengan dua budaya besar. Yang pertama adalah budaya barat, dengan segala pola konsumerisme (MacDonaldisme) dan modernisme. Kedua adalah budaya arab, dengan Islam dan semua simbol arab yang dibawanya. Kasus Jepang dan Jawa pasca Majapahit telah menunjukkan, bahwa harmonisasi antara budaya asing dan budaya lokal adalah sangat mungkin.

Sewaktu artikel ini diturunkan, sedang dibahas oleh audiens luas mengenai pengesahan RUU Pornografi. Saya sendiri belum membaca isi RUU tersebut, baru membaca ulasannya saja. Pada prinsipnya, saya setuju bahwa materi pornografi harus diatur. Anak-anak dibawah umur harus dilindungi dan dijauhkan dari materi tersebut. Sebuah bangsa yang berbudaya, adalah bangsa yang mampu melindungi anak-anaknya dari pornografi. Anak-anak kita berhak atas hidup yang lebih bermakna dan berkualitas. Namun, apa itu pornografi harus diklarifikasi dahulu. Adalah absurd, jika berpendapat bahwa tari jaipong dan tari Bali adalah pornografi, karena cara berpakaian dan tarian mereka.

Adalah absurd juga jika berpendapat, bahwa patung Buddha atau patung Yesus di salib adalah pornografi juga, karena mereka berpakaian minim. Logika, bahwa patung Budha adalah pornografi dan sumber kemusyrikan, digunakan oleh Taliban sewaktu menghancurkan patung Budha raksasa di Baminyan, Afganistan. Sebuah bangsa yang besar, adalah bangsa yang seharusnya menghargai keaneka ragaman budayanya.

Kita tidak dapat memutar jam kembali ke masa lalu. Budaya barat dengan modernisme dan Budaya arab dengan agama Islam, adalah dua budaya asing yang sangat mendominasi wacana kebangsaan kita dan akan tetap demikian di masa depan. Namun yang patut diperhatikan adalah diperlukannya sintesa harmonis, seperti yang ditunjukkan Jepang, antara budaya asing dan budaya kita sendiri. Kita tetap dapat mengadopsi modernisme dan agama Islam, namun kita harus tetap mengingat jati diri kita sebagai orang Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang sangat kaya akan keanekaragaman, sudah seharusnya mereka tetap kita jaga.

Foto: : samjeff.net